Bagaimana
Menerbitkan Buku
Ajar?
Hari/Tgl :
Rabu, 08 Juli 2020
Pukul :
19.00 s.d 21.00 WIB
Pemateri : Joko
Irawan Mumpuni
Jabatan :
Direktur Penerbit Andi Jogjakarta
Materi : Proses
Menerbitkan Buku Ajar
Peresume : Suprapti,
S.Pd (SMP N 1 Ciater, Subang, Jawa Barat)
Kuliah pada malam ini dibuka Om Jay dan
mempersilakan Bu Aam Nurhasanah sebagai moderatornya. Penyampaian kuliah kali
ini, lain dari biasanya , Bapak Joko Irawan Mumpuni, menggunakan slide yang
diperjelas dengan voice note agar
melatih peserta dalam membuat resume tidak melulu copas saja, tahu aja Pak Joko yaa….Beliau menyampaikan dengan suara
lantang, jelas dan runtut, betul-betul mumpuni sesuai namanya…Selain mengupas
tuntas proses terbitnya buku, juga menjawab
adanya miskom selama ini ,
siapa sih yang diuntungkan dari terbitnya buku?
Publikasi
bagi akademisi untuk apa?
Pak Joko menggunakan istilah publikasi
akademis bukan menulis untuk apa. Kalau menulis, yang tidak diterbitkan/dipublikasikan
itu gampang, semua insan akademisi pasti pernah menulis selama menempuh
pendidikannya, membuat laporan, makalah bahkan skripsi. Nha sekarang
pertanyaannya, apa saja motivasi seorang penulis dalam publikasi karyanya?
1.Orientasi pada profit/keuntungan
2.Nirlaba (CSR/Pengabdian
3.Branding/Promosi diri untuk jabatan
tertentu atau menang Pilkada
4.Memenuhi regulasi/akreditasi/naik
pangkat/golongan
Di
mana posisi kita?
Terkait dengan penulisan,
sebetulnya kita merasa berada pada posisi tangga urutan keberapa sih?
Ada 8 tangga dari yang
terendah:
1.Saya tidak mau mengerjakan
2.Saya tidak dapat mengerjakan
3.Saya perlu
untuk mengerjakannya
4.Bagaimana
mengerjakannya?
5.Saya akan
mencoba mengerjakan
6. Saya dapat mengerjakan
7. Saya mau mengerjakan
8.Yaa, saya kerjakan
Semoga dengan mengikuti pelatihan ini
kita dapat menduduki tangga ke-8.
ndustri Buku
Sebuah bagan yang terlihat rumit, industri itu sendiri merujuk pada ekosistem, ekosistem berasal dari kata ekonomi, ekonomi itu ujung – ujungnya adalah uang. Artinya dunia penerbitan (termasuk penerbit Andi )adalah perusahaan profitable yang mencari keuntungan untuk bertahan hidup untuk semua karyawannya . Jadi dalam menerbitkan sebuah buku tidak mungkin dilakukan sembarangan, kalau tidak yakin akan mendapatkan keuntungan .
Sebenarnya kalau diringkas hanya ada 4 bagian atau empat komponen stakeholder saja kelompok besar yaitu :
1. Pembaca itu ialah pasar atau pembeli.
2. Penerbit
3. Penyalur
4. Penulis
No
2, 3 dan 4 sebagai pelaku industri
Lantas
pertanyaan awam” Jika satu judul buku saya anggap satu buah proyek, siapa yang
dapat keuntungan uang atau rupiah paling banyak ? apakah Penerbitnya,
Penyalurnya atau Penulisnya ?",Pastinya ada yang berpikir diantara kita
bahwa dalam satu proyek penerbitan buku, palingan yang diuntungkan adalah
penerbit, kalau ada yang berpikir begitu, lanjut Pak Joko, itu adalah
fitnah (hahaha) yang betul itu ialah seperti ini formulasinya :
1. Penyalur 30%
2. Ppenulisnya ialah 10 %
3. Penerbit untuk ongkos
produksi, ongkos SDM, promosi dan lain sebagainya maka sisanya tidaklah banyak
hanya sekitar 2 sampai 3 %. Kalau dihitung perjudul buku keuntungan terkecil
itu ialah diterima oleh penerbit buku, tetapi penerbit bukan hanya menerbitkan
satu judul buku saja, sudah banyak judul buku yang diterbitkan jadi pengalinya
sudah banyak, tidak seperti penulis yang hanya dapat 10 % ia tulis saja. Akan
tetapi jika buku itu tidak laku yang akan menanggung kerugian adalah penerbit
bukan penulis, penulis hanya berkurang royaltinya saja.
Penghambat
pertumbuhan industri buku
Literasi di Indonesia sebenarnya sangat ketinggalan jauh dengan
negara – negara lainkarena Adapun penghambat pertumbuhan industri penerbitan
buku diantaranya ialah :
1.Minat Baca, pada dasarnya budaya membaca / minat baca masyarakat kita itu kurang, masyarakat kita cenderung lebih suka menonton baik you tube atau televisi.
2. cenderung minat mengobrol , ngomong yang tidak jelas makanya kalau kita disuruh cerita berjam – jam itu sangat kuat tetapi jika kita diminta untuk menuliskannya maka baru dapat sepatah dua patah kata pasti akan terputus disitu – situ saja .oleh karena itu budaya kita bukan budaya tulis tetapi budaya oral/ ngomong. Oleh karena itu kita harus mulai belajar mengalimatkan tulisan dari apa yang kita pikirkan bukan hanya sekedar diomongkan saja.
3.Apresiasi Hak Cipta
Banyak masyarakat kita itu tidak menghargai karya cipta orang lain termaksud buku, buku banyak di fotokopi, banyak dibajak,dan sekarang akhir – akhir ini yang paling merugikan penulis dan penerbit ialah bukan fotokopian lagi melainkan adalah adanya ebook ilegal, buku – buku yang resmi itu di scan dalam format PDF dan kemudian di distribusikan. Itu yang paling cepat berkembang. Tidak perlu biaya besar bisa langsung dikirim lewat email dan lain sebagainya. Sehingga hal – hal semacam itu bisa cepat sekali beredar dan merugikan penulis dan penerbit.
1.Minat Baca, pada dasarnya budaya membaca / minat baca masyarakat kita itu kurang, masyarakat kita cenderung lebih suka menonton baik you tube atau televisi.
2. cenderung minat mengobrol , ngomong yang tidak jelas makanya kalau kita disuruh cerita berjam – jam itu sangat kuat tetapi jika kita diminta untuk menuliskannya maka baru dapat sepatah dua patah kata pasti akan terputus disitu – situ saja .oleh karena itu budaya kita bukan budaya tulis tetapi budaya oral/ ngomong. Oleh karena itu kita harus mulai belajar mengalimatkan tulisan dari apa yang kita pikirkan bukan hanya sekedar diomongkan saja.
3.Apresiasi Hak Cipta
Banyak masyarakat kita itu tidak menghargai karya cipta orang lain termaksud buku, buku banyak di fotokopi, banyak dibajak,dan sekarang akhir – akhir ini yang paling merugikan penulis dan penerbit ialah bukan fotokopian lagi melainkan adalah adanya ebook ilegal, buku – buku yang resmi itu di scan dalam format PDF dan kemudian di distribusikan. Itu yang paling cepat berkembang. Tidak perlu biaya besar bisa langsung dikirim lewat email dan lain sebagainya. Sehingga hal – hal semacam itu bisa cepat sekali beredar dan merugikan penulis dan penerbit.
Proses
naskah menjadi buku
1.Mengirimkan
naskah itu ke penerbit, oleh penerbit pertama – tama akan dinilai, direview,
bukan untuk menghakimi , bukan untuk merendahkan naskah itu tetapi hanya
dievaluasi dengan pertanyaan besar yaitu “ apakah naskah tersebut jika di
jadikan buku laku tidak ? Jadi ketika ditolak , kita tidak boleh tersinggung
karena pertimbangan ekonomi, bagimana laku tidak dengan buku tersebut, lalu
penerbit bisa salah tidak,? Bisa . tetapi penulis jauh lebih bisa salah membuat
judul karena penerbit sudah
berpengalaman bertahun – tahun, jatuh bangun dengan sekian ribu judul
buku sehingga mereka sudah hafal betul dengan kemauan pasar.
2.Setelah
naskah tersebut dinyatakan diterima tanda tangan surat perjanjian tapi jika
naskahnya ditolak naskahnya akan dikembalikan. Sebaiknya naskah yang dikirmkan itu dicetak atau dalam
bentuk hard print karena jauh
lebih aman bila dalam bentuk soft copi
tidak aman karena takutnya berpindah tangan dan diterbitkaan dengan nama orang
lain maka penulis aslinya akan dirugikan. Oleh karena itu untuk dievaluasi oleh
penerbit cukup dicetak dikertas, tidak full dari bab 1 sampai akhir , cukup separuh
saja tetapi TOC dan daftar isinya harus
lengkap, judul , CV Penulis, sinopsis juga harus ada.
3.Proses editing dan setting. Penerbit tidak pernah menolak naskah dengan alasan Editorial yang buruk, titik koma yang salah. karena penerbit punya banyak editor yang ahli bahasa semua, sehingga tidak masalah naskah kita terdapat salah kalimat ataupun salah ketik. Untuk judul siapa yang menentukan? Di setting dalam membuat cover adalah usulan dari penulis lalu dimodifikasi oleh penerbit agar bukunya laku dipasaran. Kenapa begitu, terkadang penulis membuat judul sembarang, terlalu formal seperti skripsi, terlalu kaku atau bertele – tele , harus membangkitkan minat baca orang . kenapa begitu, karna buku – buku yang dijual ditoko buku itu dalam keadaan dibungkus plastik, di Repping, isinya tidak boleh dibuka, oleh karna itu judul, cover, dan sinopsis itu sangat penting untuk menjual buku itu sendiri, karna hanya bagian dari ketiga hal itu yang terlihat. Jadi tidak boleh sembarangan untuk membuat judul buku dan cover.
3.Proses editing dan setting. Penerbit tidak pernah menolak naskah dengan alasan Editorial yang buruk, titik koma yang salah. karena penerbit punya banyak editor yang ahli bahasa semua, sehingga tidak masalah naskah kita terdapat salah kalimat ataupun salah ketik. Untuk judul siapa yang menentukan? Di setting dalam membuat cover adalah usulan dari penulis lalu dimodifikasi oleh penerbit agar bukunya laku dipasaran. Kenapa begitu, terkadang penulis membuat judul sembarang, terlalu formal seperti skripsi, terlalu kaku atau bertele – tele , harus membangkitkan minat baca orang . kenapa begitu, karna buku – buku yang dijual ditoko buku itu dalam keadaan dibungkus plastik, di Repping, isinya tidak boleh dibuka, oleh karna itu judul, cover, dan sinopsis itu sangat penting untuk menjual buku itu sendiri, karna hanya bagian dari ketiga hal itu yang terlihat. Jadi tidak boleh sembarangan untuk membuat judul buku dan cover.
Lalu bagaimana buku bisa sampai ke toko buku ?
Sebelum dicetak masif, pencetak mengirimkan naskah yang sudah dijadikan buku (dummy) kepada penulis untuk dilakukan proving ( koreksi akhir agar nanti ketika dicetak masif tidak ada kesalahan yang fatal). setelah dikoreksi oleh penulis maka dikembalikan lagi ke penerbit untuk dilakukan koreksi seperlunya kemudian dibuatlah PLAT untuk cetakan secara masif di mesin pencetak
Ciri-ciri
Penerbit yang baik
JUJUR, yaitu jujur dalam melaporkan jumlah cetak, jumlah buku yang laku dan jujur dalam mengirim royalti. Jangan terjebak pada Broker naskah yang tidak menghargai naskah sama sekali, dibeli 500 ribu ataupun satu juta sekali saja selama – lamanya tidak akan dapat lagi uang penulisnya itu, lalu diterbitkan atas nama siapa ? atas nama orang lain yang mau membayar, oleh karna itu pilih penerbit yang bisa dipercaya.
Apa yang penulis peroleh jika bukunya diterima dan diterbitkan oleh penerbit?
1. Kepuasan Bathin
2. Reputasi
3. Karir meningkat
4. Uang
Sistem
Penilaian di Penerbitan
1. Editorial : 10%
2.Peluang Potensi Pasar bobot 50 %
3.Keilmuan
Bobot 30 %
4.Reputasi
Penulis dan editorial masing – masing berbobot 10 %. Tapi kadang – kadang
Reputasi Penulis berpeluang 100% di pangsa pasar, terkadang penerbit menolak naskah bukan semata – mata urusan
bahasa ternyata cenderung kepada urusan pasar
Naskah seperti
apa yang terbit dan bagaimana Kwadran kategori naskah untuk dasar penentuan
oplah?
1.Tema
tidak populer tapi penulis populer(diterbitkan , karna yang dijual adalah nama
penulisnya), contohnya Pak Presiden mau menulis buku dengan tulisan seadanya
dan tema biasa saja ,pasti diterbitkan.
2.Tema Populer Penulis Populer, ini yang paling bagus karena dapat meraih keuntungan yang sangat besar
3.Tema Tidak Populer Penulis Tidak Populer
4.Tema Populer Penulis Tidak Populer , sangat disarankan untuk penulis awal untuk mencari tema yang populer meskipun kita belum populer.
Bagaimana untuk mengetahui tema – tema tersebut adalah tema yang populer ? yaitu dengan mencari tahu tema – tema yang lagi trending itu di Internet dan kemudian lakukanlah Riset dengan membuka Google Trends.melihat tingkat grafis dan pemasarannya.
2.Tema Populer Penulis Populer, ini yang paling bagus karena dapat meraih keuntungan yang sangat besar
3.Tema Tidak Populer Penulis Tidak Populer
4.Tema Populer Penulis Tidak Populer , sangat disarankan untuk penulis awal untuk mencari tema yang populer meskipun kita belum populer.
Bagaimana untuk mengetahui tema – tema tersebut adalah tema yang populer ? yaitu dengan mencari tahu tema – tema yang lagi trending itu di Internet dan kemudian lakukanlah Riset dengan membuka Google Trends.melihat tingkat grafis dan pemasarannya.
Konsistensi
Gaya Selingkung
Level
materi dan lebar dasar
Proses
administrasi naskah di penerbitan
Akhir penyampaian Pak Joko menyampaikan petuah Imam besar al Ghazali: “Bila kau nukan anak raja, juga bukan anak ulama besar, maka menulislah”. Tinggalkan jejak hidupmu dengan karya tulisan yang bermanfaat bagi sesama. Mulia karena karya.
Sie
Tanya Jawab :
1.Bu Sri : Bagaimana
kriteria penilaian penerbit dalam menentukan tulisan populer dan tidaknya?
Jawab : Buku Teks/pelajaran: digunakan di
sekolah/kampus. Bahasa formal.
Buku Populer : tidak
digunakan di sekolah/kampus, disajikan dengan bahasa yang renyah, tidak formal.
2. Pak Andy -Belti-Babel : 1.Berapa lama jawaban
diterima/ditolak dari penerbitnya? 2.Kirim naskah full dan boleh lewat email?
Klo boleh alamat resmi atau pribadi?
Jawab : Tergantung
urgensitas dan loudnya. Klo ad 500-1000 naskah ya kira-kira 2 minggu sampai 1
bulan. Tapi kalau permintaan mendesak siap pembeli bisa lebih cepat.
3.Bu
Lilis –Majalengka: Bagaimana sistematika penulisan buku teks? Minimal berapa
halaman? Apakah bentuknya seperti modul?
Jawab : Akan dikirim
panduan lewat email. Buku teks (buku ajar atau referensi 200 halaman atau di MS
word setting default 150 halaman. Struktur berbeda dengan modul/diktat.
4.Bu Dyah-Banyuwangi : Mengapa
buku SMK sulit diperoleh di toko buku? Apa penerbit kurang tertarik atau guru
SMK yang tidak produktif membuat buku?
Jawab: Di Penerbit Andi
banyak produk SMK dan pasarkan secara langsung (direct selling) ke sekolah. Memang guru SMK yang kurang produktif
membuat buku. Ditunggu karya Bu Dyah…
5.Penanya dari Solok: Bagaimana
cara Bapak menerbitkan buku teks?
Jawab : Di edit oleh yang
mengerti kurikulum (KI, KD,silabus yang berlaku.
6. Bu Yohana NTT : Satu kali
cetak berap ex? Biaya dikirim saat cetak? Bagaimana jika tulisan ditolak,
apakah bisa memperbaiki dan mengirimnya kembali?
Jawab: Penerbit Andi tidak
memungut beaya, justru penulis mendapat royalty.
Cetak tergantung kebutuhannya. Beaya kirim tergantung jumlah dan jarak.
Beaya bisa dari penerbit atau pembeli bukan penulis.
7.Bu Aam : Mau menulis
biografi Om Tips buku atau naskah agar langsung diterima penerbit Jay.
Jawab : Oo, Untuk biografi
Om Jay, ambil sisi yang menarik. Tentunya komunitas dan perjuangan beliau dalam
mempertahankan mata pelajarannya, mengelola dan mengkoordinasi dalam pelatihan
menulis. Kemudian didiskusikan judul dsb agar menarik dan punya daya jual. Ada MOU
antar lembaga seperti Informatika yang dikoordinir Om Jay.
8.Bu Rachmi – Banyuwangi:
Bagaimana potensi pasar e book dibanding dengan buku cetak?
Jawab : Saat ini masa transisi. E book
sekarang masih berupa buku cetak yang di pdf- kan. Ke
depannya berupa e-pap ada animasi, video bahkan bisa berisi VR : virtual reality.
9.Pak I Nengah S-Bali
Saat pandemi ini buku
apa yang best seller dan judul jenis apa diharapkan untuk memenuhi pangsa
pasar?
Jawab : Empat megashifts
in time of Covid -19: 1. Empathic society 2. Stay at home lifestyle 3.Go
Virtual 4. Bottom of the Pyramid
10. Bu Hesty-Lombok : Apakah Penerbit Andi hanya menerbitkan
buku ajar? Saya ingin menerbitkan buku motivasi buat muslimah tapi belum berani
mengirimnya.
Jawab : Tidak, Penerbit
Andi menerbitkan buku ajar/teks dan buku
non teks. Silakan kirim dan nanti dikomunikasikan.
Kesimpulan : Sebenarnya banyak miskom antara penulis denga apa yang
dikehendaki penerbit. Dengan adanya pemaparan sesi 1 ini semoga tidak ada , miskom lagi. Pesan Pak Joko, Segera lah menulis
apa pun yang terjadi, bukan akan lagi dan kirimkan ke Penerbit , siap menerima
resiko yang terjadi. Salam Literasi.....
Suprapti - SMP N Ciater :
Buku yang pernah ditulis: Anakku Harapanku
Asa dari Bumi Papua
Fb Prapti Prayitno
Ig prapti9370
https://praptiprayitno.blogspot.com
manthap bu
ReplyDeleteNuhun Bu Ketu...
DeleteResume yang sangat lengkap.... Kereeenn Bu... Saya malah ga pake gambar 😜
ReplyDeleteNuhun Bu Win, baru belajar Buu
DeleteKeren..rapih dan lengkap
ReplyDeleteNuhun Bu Rita, motivasinya
Deleteresumenya mantap dan keren Bu... Joss
ReplyDeleteNuhun Bu Eni motivasinya
DeleteKeren kumplit
ReplyDeleteNuhun Bu Rita, motivasinya, he he sampe 2x....
Delete